Senin, 19 November 2012

Kue Nangis Tanpa Bambu


Kue Nangis alias Kue Putu
Saya jadi teringat tebak-tebakan jaman kecil dulu. “Penjual apa yang menjajakan dagangannya dengan cara menangis?”
Yak, pedagang Kue Putu, jawabannya. Bukan karena penjualnya beneran nangis, namun suara “hhuuuuuuu” panjang dari cerobong peluit yang tertiup uap air yang mirip dengan suara tangisan inilah sebabnya.
Masih dari Bandung, saya menemukan kembali penjual Kue Putu. Namun yang unik, Kue Putu ini diuapkan tidak di dalam selongsong bambu, namun dalam potongan pipa PVC!
Kue Nangis (Kue Putu) di dalam Pipa PVC

Sebuah pipa berdiameter sekitar 5 cm dipotong sepanjang kurang lebih 10 cm kemudian dililit karet bekas dan digunakan untuk menguapi adonan “serbuk” beras.
Inilah ciri khas Kue Putu, penguapan dengan uap air melalui lubang kecil ini membuat gula merah yang disisipkan di tengah adonan menjadi meleleh dan “serbuk” beras tadi menjadi lebih hangat dan bisa menyatu.
Kita sering melihat penggunaan bambu untuk melakukan “pengukusan” seperti ini, namun rupanya bahan bambu yang mudah rusak membuat sang penjual berpikir kreatif dan nyeleneh, yaitu menggunakan pipa PVC yang lebih awet demi menghemat biaya maintenance
Memang penggunaan bambu atau pun pipa, tidak berpengaruh sama sekali ke rasa. Begitu pula dalam urusan bentuk. Namun, ide kreatif inilah yang menurut saya unik.
Adonan tepung beras dan air dikukus terlebih dulu. Setelah matang dan bisa dibentuk, adonan dimasukkan ke dalam saringan kawat, lalu ditekan dan gosok-gosok dengan tangan sehingga adonan keluar dalam bentuk butiran.
Proses Pembuatan Kue Nangis (Kue Putu)
Nah, adonan “serbuk” inilah yang kemudian dimasukkan ke dalam potongan pipa dan “dikukus”. Jangan lupa, serutan gula jawa harus dimasukkan di tengah supaya mak nyus.
Tak lama, sekitar semenit adonan kue dalam pipa matang. Dengan menggunakan semacam sunduk dari kayu, adonan dalam pipa ini disodok hingga keluar dari pipa.
Satu per satu silinder-silinder hangat pengundang selera itu pun disusun seperti piramid, sebelum ditaburi parutan kelapa.
Bila saya perhatikan, ada beberapa perbedaan dengan Kue Putu yang saya temukan di Solo. Kue Putu di Solo berwarna putih, sedangkan yang saya temukan di Bandung berwarna hijau. Warna hijau ini dibuat dengan menggunakan air daun suji.
Kue Nangis (Kue Putu) di Solo
Penjualnya pun, ada yang menggunakan gerobak dan ada juga yang menggunakan pikulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar